Selasa, 24 Januari 2012




DI TANGAN PENGUASA NEGERI INI

Accomplished by Ishmakazee Wibowo



The journey of Girl from Indonesia to find out her mother in the foreign country with many problem and her ambition to introduce Indonesian language in this world”

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnm




“IshmakazeeWibowo@gmail.com”

Di tangan penguasa negeri ini
Ia berjalan di tengah kota yang asing ,dengan kaki telanjang ia menghancurkan gumpulan salju di sepanjang jalan yang ia lewati.Ia tiada hentinya menyenandungkan lagu yang jadi kebanggaannya sampai mati.
Indonesia raya merdeka-merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia raya merdeka-merdeka
Hiduplah Indonesia raya.
Dia menyanyi seperti orang gila,bahkan tak peduli ketika orang lain menggangapnya benar-benar gila.Karena pada waktu itu dia gadis pembuat keju berambut legam ,dengan mata bulat dan kulit sawo matang sedang berbahagia.Untuk pertama kalinya ia dalam hidupnya,ia tersenyum dan tertawa dalam keceriaan.Tidak ada yang mampu menghentikannya,walau petugas imigrasi yang menangkapnya  sekalipun.
Petugas imigrasi itu geram,ketika gadis itu tak mau berhenti bernyanyi.Lima menit,sepuluh menit ia tetep tak mau berhenti berbernyanyi.Petugas imigrasi pun akhirnya menyerah tak banyak yang bisa ia lakukan untuk menghentikan aktivitas gadis itu.Satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan hanyalah menyodorkan sebuah buku dan menyuruh gadis itu menuliskan nama serta menunjukkan kartu identitasnya.Gadis itu mulai menulis,sesaat kemudian ia telah berjalan dengan santai seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa.
Gadis itu  terus melenggang hingga akhirnya ia tiba di sebuah rumah bergaya khas Belanda  yang sungguh menggagumkan menggambarkan yang tinggal di dalamnya bukan orang biasa.Terdengar suara orang memanggil dari dalam rumah,
            “Rose!Nyonya memintamu datang.”
            Tanpa pikir panjang gadis itu mendorong pintu pagar dan masuk dengan gontai.
            “Rose,kau orang Indonesia kan?”
            “Tak perlu Nyonya tanyakan lagi,pasti Nyonya sudah tahu.Langsung saja katakan apa yang Nyonya inginkan.”
            “Baiklah,besok malam partner kerja suamiku akan datang kemari,kebetulan dia pernah tinggal di Indonesia .Ia ingin merasakan masakan Indonesia .Jadi,datanglah besok dan buatkan aku masakan Indonesia.”
            “Baiklah.”
Selama tinggal di Belanda,Rose berusaha untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan bekerja sebagai tukang masak.Masakannya lumayan enak sehingga tidak jarang ia menjadi langganan para Nyonya-nyonya Belanda yang malas memasak seperti Madame Yaseline tadi..Dia sendiri selalu memasak masakan Indonesia walaupun tinggal di Belanda.Ia suka memasak sayur asam dengan lauk tempe atau tahu yang terkadang ia buat sendiri.Baginya hanya saat-saat tertentu saja bisa menikmati makanan Belanda seperti patat atau kentang goreng (orang Indonesia menyebutnya),apalagi makan broodje met (roti dengan…).Roti yang disajikan dengan potongan keju, sedikit sayur mayur (slada atau tomat) dan lembaran daging (smoke beef atau macam-macam vleeswaren lainnya)selain tidak mampu membelinya Rose berfikir kalau makanan-makanan itu tidak sehat dan tidak cocok dengan lidahnya yang ketimuran.
Selang beberapa menit gadis itupun berlalu pergi,kini lebih muram dan tanpa senyum sedikit pun.Dalam dirinya bergejolak perlawanan yang sangat menyakitkan.Jauh di belahan timur dunia,ia melihat negrinya telah merdeka 66 tahun yang lalu,tapi di belahan lainnya ia tetap tidak bisa menjadi orang yang merdeka yang mampu memilih kehidupannya dengan bebas.Tiga setengah abad negerinya di injak-injak  dan kinipun dia harus hormat dan membungkukkan badannya pada orang yang memberikan pekerjaan padanya di Rotterdam ini.Bagaimanapun ia masih merasa terjajah dengan ini semua.Ada satu perbedaan nyata yakni di Rotterdam ia menjadi Rose ,mawar dari timur yang tajam tetapi tetap indah.Sedangkan di Indonesia ia hanyalah Rosmini gadis kampung yang gila dan nekad.Dipandang rendah karena hanya gadis miskin anak gadis seorang buruh tani biasa.Namun Ia membuktikan ketangguhannya ketika berhasil menyelesaikan sekolahnya dan mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri.
            Sesaat kakinya terasa berat padahal ia telah melepas sepatunya.Ia sadar bagaimanapun ia mencoba melepaskan beban itu tetap saja sia-sia.Terlalu banyak yang terjadi selama empat tahun belakangan ini.Yang bisa ia lakukan hanyalah berlari menyongsong cita-citanya.Cita-cita yang ia gantungkan di sebuah bangunan tua besar yang ada di depan matanya sekarang yakni universitas Leiden,Belanda dengan berkabung di Fakultas Sastra.Tiba-tiba ia sadar inilah yang menguatkan dan membuatnya bertahan selama ini karena ini pulalah ia merelakan kemerdekaannya terjajah kembali.
            Kini ia mulai bangkit lagi dan telah menyelusup kebangaan di hatinya.Ia tak peduli walau diluar sana ia hanya pembuat keju,penjual jasa cathering atau pekerja serabutan yang lain.Yang perlu diingat adalah ketika di dalam bangunan megah ini,dia adalah salah satu mahasiswi dan tidak ada seorang pun yang mengingkari fakta itu.Tak terkeculi orang-orang di negerinya sekalipun.Ia yakin kelak ia akan pulang dengan membawa kehormatan sebagai wanita terpelajar dari Rotterdam,Belanda.Seribu  mimpi menopang semangat gadis itu.Tak terasa ada seorang pemuda yang mengikuti langkahnya,dan tiba-tiba menyodorkan setangkai mawar merah.
            “Ku tunggu kau besok di taman kota,”ujar pemuda itu lirih.
Gadis itu tersenyum kemudian sambil berlalu ia berkata,”Maaf,besok aku ada pekerjaan.”
Rose tak peduli bagaimana reaksi pemuda itu yang ia pikirkan hanyalah pekerjaannya besok.Setelah mengumpulkan Draft paper nya ke Dosen ia segera pergi ke pusat belanjaan.
Malam berikutnya,sang Nyonya dikejutkan dengan kedatangan Rose yang tiba-tiba dengan berbagai macam bungkusan.
“Apa ini?”  

“Seperti yang Nyonya minta,jadi kapan tamu akan datang?”
“Sebentar lagi,”suara Nyonya itu bergetar penuh kecemasan.
Dengan cekatan gadis itu mempersiapkan semuanya.Tepat dua puluh lima menit kemudian tamu tiba.Dengan bahasa Indonesianya yang indah,Rose mempersilahkan tamu itu menikmati hidangan ala Nusantaranya tersebut.Rose memasak nasi pecel,bakso,soto dan pecel lele,tak lupa Rose menyiapkan es teh dan kopi .Ia berbelanja semua bahan makanan itu di pasar komunitas orang Indonesia yang tinggal di Belanda.Memang makanan-makanan yang ada di atas meja saat ini adalah makanan khas Indonesia yang hampir atau paling diminati oleh orang luar negeri.Madame Yaseline tak lupa sebelumnya menyuruh pembantunya untuk menyiapkan makanan khas Belanda pula seperti Poffertjes, Oliebollen, Broodje met,dan stamfot.
            “Kau orang Indonesia,terus terang aku jadi teringat dengan negeri khatulistiwa itu.”Ujar tamu itu dengan tersenyum seorang diri.Belum sempat ia menjawab pertanyaan itu,masuklah seorang pemuda yang sepertinya tidak asing lagi baginya.
            “Rose?!!????”Pemuda itu terkejut.
            “Edward????!!!!”Rose tidak kalah terkejutnya.
Sang Nyonya yang dari tadi diam ,akhirnya bersuara.
“Jadi,kalian sudah saling mengenal?”Ia memandang kepala Rose dan anak sulungnya itu.
“Maaf Nyonya,tampaknya pekerjaan saya sudah selesai.”Rose segera mengambil tasnya dan melesat pergi.
“Tunggu,biar ku antar kau pulang.”
“Tidak perlu,aku ingin berjalan kaki saja.”
“Malam-malam seperti ini?Baiklah akan aku temani kau jalan.”Edward terus mendesak.
            Rose berhenti sesaat mata indahnya memandang tajam kearah pemuda itu dan seolah-olah ingin menyelami apa yang ada di fikiran pemuda itu sebenarnya.
            “Kenapa?”Edward heran.”Kau tidak percaya padaku?”
            Dengan tenang Rose kembali melangkah,”Bukan itu,aku percaya pada semua orang tetapi aku tidak percaya dengan iblis yang ada dalam diri mereka.
           

“Itu wajar mengingat apa yang pernah kau alami.Aku banyak mendengar dari Mami bahwa kau kemari untuk mencari ibumu.Dan aku juga telah mendengar kau telah menemukannya dua tahun yang lalu.
            “Itu tidak benar,aku tidak pernah menemukannya.Yang kutemukan hanya pusara kekalahannya.Orang-orang negerimu telah mengambilnya.Dn ibuku terlalu bodoh dengan mengakhiri hidupnya dalam kesia-siaan.
            Tak terasa ada butiran air mata yang meleleh.Memori kelam yang telah lama ingin ia tutup rapat-rapat kembali tersingkap.Ia mengenal ibunya hanya setelah lima tahun dilahirkan,kemudian ibunya pergi ke Belanda untuk bekerja sebagai TKW.Tentu saja pada saat itu ibunya memutuskan demikian karena ia merasa bahwa dengan pekerjaan suaminya yang hanya sebagai seorganyang buruh tani tidak akan bisa memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.Beliau merasa kehidupan keluarganya jauh dari kebahagiaan apalagi kemewahan.Namun,setelah tiga tahun merantau seorang diri di Belanda terdengar kabar bahwa ia telah menikah dengan orang dari negeri kincir angin tersebut.
            “Lalu,apa yang kau cari disini Rose,bukankah yang kau cari sudah tidak ada?”
            “Aku hanya sedang menunggu mukjizat,berharap ada malaikat yang mau membawaku pulang ke negeriku dengan penuh kehormatan.Aku ingin berprestasi , menjadi penulis.Akan kukatakan dengan Bahasa Indonesiaku,segala keindahan negeriku kepada dunia.Akan kukatakan pada dunia bahwa bangsa yang besar  adalah bangsa yang menghargai budayanya seperti halnya menghargai dan bangga pada bahasanya.”
            “Rose!”Edward menghentikan langkahnya.
            “Apa?”
            “Ketika ku mendengar dari mami tentangmu,sejak itu ku mulai merasakan rasa itu.Semakin lama semakin tumbuh.Ketika ku melihat kau menari-nari dengan kaki telanjang  seperti orang gila mungkin kata orang tapi jujur aku suka,tapi seperti ada pesan yang ingin kau sampaikan lewat setiap gerakannmu itu.Kinipun aku Edward Yan Vansta tetap menyukaimu bahkan aku mulai mencintaimu.Dan berharap kau.........?
            Tiba-tiba pemuda itu berhenti berkata ketika ketika jemari lentik Rose melayang keras ke wajahnya.Meninggalkan guratan merah di pipi pemuda itu.Rose tak mengerti dengan apa yang ia lakukan.Ada kemarahan alam dadanya,ia merasa orang-orang seperti Edward yang membuat ibunya kalah dan memilih bunuh diri dalam keputus asaan .
            Ia mearasa telah bertindak bodoh yang tidak pernah ia lakukan .Ia sadar bahwa persoalan hidup tidak akan pernah bisa diselesaikan dengan hanya melarikan diri daei kehidupan itu sendiri.Pilihannya hanyalah tetap hidup dan untuk keberanian yang dapat membuat hidup bersama absurditas dengan perasaan bangga dan terhormat.Seperti para Pahlawan negerinya yang menguatkan hidup mereka dengan prinsip.Menderita dalam kesunyian serta terbakar oleh kebanggaan pada apa yang mereka lakukan hingga mati di tangan penguasa negeri ini.
Surabaya,16th of August 2011
Let’s create the best thing to our country as the young generation

Tidak ada komentar:

Posting Komentar