Selasa, 24 Januari 2012

The Beautiful Journey of Anindhita Radisty


Ishmakazee
The beautiful Journey of Anindhita Radisty
Someday in this Word ,We have to decide the best Way to make Our life better and To make people in surrounding of us happy with our attendance.

8/11/2011




THE LIFE  JOURNEY OF ANINDHITA
Oleh Ishmakazee
Gadis   yang bertubuh semampai,berkulit kuning langsat,berambut hitam legam dan supel dalam bergaul bernama Anindhita Radisty itu tiba-tiba menghilang.Teman-temannya di kelas XI IPA 2 SMA Harapan Indah Jakarta merasa kehilangan dia selama liburan panjang semester ini.Berbagai pertanyaan pun mencuat di benak mereka.Kemana perginya gadis yang sehari-harinya disapa Dhita itu.Mengapa dia pergi tanpa pamit?Bahkan kepada dua sahabat karibnya sendiri  Lucky dan Revan pun tidak.
“Coba telepon kerumahnya Van!”kata Lucky setelah tiba di rumah Revan.
“Hanya Bik Nah dan suaminya Mang Ujang,yang ada Luck.”Ujar Revan panik.
“Terus apa kata Bik Nah?”Lucky kembali bertanya.
“Katanya,Dhita pamit kepada seisi rumah pada hari libur pertama kalau dia ingin jalan-jalan.Bersamaan dengan kepergian Om Bagas dan Tante Anna kembali ke Paris.Jadi kusimpulin kalau Dhita enggak mungkin ikut Ortunya,Luck”Jelas Revan.
“Kayaknya emang ngak mungkin van,soalnya setahuku Dhita kan dari SD sampai SMP udah tinggal di luar negeri.Bayangin dech selama Sembilan tahun Dhita tinggal di beberapa kota di luar negeri dan otomatis berpindah-pindah dari Amerika,Australia dan Eropa.Dia pernah bilang kalau sebenernya dia bosan dengan hidup nomadennya itu,makanya dia niat banget buat menetap di Indonesia kita yang hijau ini.Kalaupun ingin liburan sepertinya nagak mungkin kan ke Abroad”cerita Lucky.
Seingat Lucky juga,Dhita di sekolah juga aktif dalam kegiatan Pecinta Alam .Setiap libur dia pasti menjelajah beberapa pulau.Baginya soal biaya tidak masalah,karena orang tua Dhita selalu mencukupi kebutuhan anak mereka itu.
“Iya juga,anak Om Bagas dan Tante Anne itu memang seorang petualang sejati,”kata Revan setelah berfikir berjam-jam tentang dimana keberadaan Dhita.”Dia seorang gadis yang unik,suka menyendiri kadang-kadang walaupun dia pandai bergaul,suka menulis Diary,menulis puisi memotret,membuat film dokumenter,dan selalu mencari tahu hal-hal baru yang tidak ia ketahui.”tambah Revan.
“Sepertinya kamu mengenal Dhita lebih dari aku Van,teman sebangkunya?”Tanya Lucky heran.
“Kita kan bertiga temen,jadi harus tahu karakter masing-masing dunk.”jelas Revan agak gugup,susah baginya untuk menceritakan apa yang ia rasakan pada Dhita.
“Ooooo....gitu.ya udah,kalau kemarin kamu hanya telepon rumahnya bagaimana kalau kita kerumahnya langsung sekedar buat mastiin aja ”sambung Lucky.
“Ya aku setuju”.Sore harinya mereka menyambangi kediaman rumah Dhita di Bilangan,Jakarta Pusat.
Sesampainya di rumah Dhita,
“Assalamu Alaikum,Dhita.....Dhit,permisi,sepada....!!!1”teriak Lucky sedikit agak keras,khawatir orang dirumah itu tidak mendengar suaranya yang merdu heheheh....
“Kamu manggil orang apa panggil maling Luck,lupa kalau disini ada bel.”tunjuk Revan kearah Bel rumah dan memencetnya.
“Sorry,Van.Aku terlalu bersemangat,kangen nich sama Dhita,”jelas Lucky sambil senyam-senyum.
Beberapa menit kemudian ada suara lanhkah kaki dari dalam rumah dan sampai di depan pintu akhirnya muncullah Bik Nahsetelah pintu terbuka.
“Assalamu Alaikum Bik Maimunah yang cantik,apa kabar nich......ngomong-ngomong Ditha dah pulang belum?”Tanya Revan cepat saat melihat sosok Bik Nak.
“Waalaikum Salam den,,,ngak perlu bilang Bibik cantik,nanti Mang Ujang marah lagi kalau denger dan Non Ditha belum pulang Den.”Kata Bik Nah sambil tersenyum.
“Kira-kira  Ditha pulangnya kapan ya Bik?”Tambah Lucky.
“Waduh,Bibik kurang tahu Non,maaf ya.”
“Kalau nomor telepon dan alamat Tante Dhita yang katanya saudara perempuannya Om Bagas itu Bibik punya nggak?”Tanya Revan lebih lanjut.
“Sebentar ya Non,saya lihat dulu di dalam kayaknya ada catatanya di buku telepon.”Bik Nah ke dalam rumah dan memberikan secarik kertas ke Revan.”Cuman itu yang bisa Bibik bantu Den.
“Ngak papa,ini juga kami maaf sudah merepotkan.Terima kasih Bik.”
“Iya Den,Mas Repan yang baik hati..heheeee.Pasti Mas ini saying banget ma Non Dhita kok keliatannya perhatian banget”kata Bik Nah
“Ah ,,,,Bibik bisa-bisa aja.Revan bik bukan Repan hehehehe...”Jawab Revan dengan wajah kemerahan agak malu.Setelah pulang dari rumah Dhita,Revan dan Lucky sepakat untuk kerumah Tante Dhita yang tinggal di daerah Bekasi itu besok.
*********
Sementara di seberang sana Berbagai pemikiran Dhita pun menyeruak di kepalanya yang mendasari menghilangnya dia dari rumah dan temen-temannya.
Anindhita atau yang biasa dipanggil orang-orang terdekatnya Dhita adalah anak tunggal dari orang pintar atau boleh dibilang sangat berpendidikan.Bagaimana tidak,kalau tidak pintar mana mungkin kedua orang tuanya bisa duduk menjadi staff kedutaan asing.Tetapi, kenyataannya selama ini Dhita di kelas tidak begitu menonjol dibandingkan teman-temannya.Setiap menerima rapor maupun kenaikan kelas ,paling hebat dia hanya bisa meraih rangking 5.Hal ini selalu menjadi pertanyaan baginya,Dhita merasa dia tidak secerdas orang tuanya.Walaupun dia sadar tak sepenuhnya gen dari orang tua menurun pada anaknya,dan tentang peribahasa Buah pasti jatuh tidak jauh dari pohonnya dinilai nihil kebenarannya.Sebaliknya,tidak jarang Dia menemukan ada anak-anak dari kalangan biasa atau orang desa yang orang tuanya biasa-biasa saja bahkan sekolah SD pun tidak tamat tapi mereka berotak sangat cerdas.
Kepergiannya berpetualang ke berbagai daerah atau kota selama liburan tidak lain adalah untuk bisa mempelajari dan mengetahui segala sesuatu tentang hal yang berkaitan dalam kehidupan di dunis ini.Terutama dia ingin menemukan apa sebenarnya yang terbaik untuk dirinya atau masa depannya nanti.
Walaupun Dhita tidah menonjol di sekolah di prestasi akademiknya,toh dia sebenarnya tidak merasa minder ataupun canggung.Karena sebenarnya dia mempunyai potensi lebih di bidang non akademik yaitu seni terutama seni rupa dan seni sastra.Lukisan-lukisannya,puisi-puisinya,cerpen-cerpennya sudah sering kali termuat dalam majalah sekolah,bahkan ada beberapa yang telah menghiasi mjalah-majalah terkenal di sekolah.Lukisannya pernah tampil di Galeri Nasional beberapa bulan yang lalu dan Dhita patut berbangga hati untuk itu.
Seandainya ada orang yang mengatakan bahwa kecerdasannya biasa-biasa menenggok orang tuanya adalah orang yang benar-benar cerdas,dia bisa menerima dengan ikhlas bahkan jika hal itu dianggap sutu kekurangan.Dia pun paham,semua usaha telah ia lakukan untuk menggasah terus kemampuannya.Berbagai les telah ia ikuti untuk menunjang nilai akademisnya di sekolah namun itu semua tak cukup untuk bisa mengunnguli teman sekelasnya seperti Fani,Tya,Rangga bahkan Revan sang ketua kelas yang notabenenya adalah sahabatnya sendiri.
Lalu kadang terselip pertannyaan,apa yang patut ia banggakan lagi dari dirinya di usinya yang tergolong masih remaja sekarang???KECANTIKAN kah????Tidak!!
Dhita tidak merasa memiliki bentuk tubuh yang ideal,ataupun mempunyai wajah yang cantik.Ia merasa fisiknya biasa-biasa saja dengan tinngi 160 centimeter,kulit kuning langsat yang tidah bisa dibilang putih,tubuhnya memang semampai tapi tidak terlalu keliatan ideal dengan cara ia berjalan yang terkadang lebih terliat agak tomboy daripada feminim.Bila dibandingkan Maudy atau Cathy yang menjadi ikon kecantikan dikelasnya yang rajin bolak-balik ke salon tiga kali dalam seminggu,dia merasa tidak ada apa-apanya.Walaupun sebenarnya dia tidak pernah menyesali hal itu.Tidak bisa dipungkiri jabatan orang tuanyalah yang terkadang mengkatrol namanya di kelas ataupun disekolah.

Suatu hari saat Dhita sedang melamun di depan balkon kamarnya,Ayahnya menghampiri sebelum berangkat bertugas ke Paris.
“Di dalam hidup ini harus ada yang kamu banggakan Dhit.Nah,pertannyaan Ayah apa  yang kamu banggakan di usiamu yang sudah menginjak masa remaja seperti saat ini.”Tanya Ayah Ditha.
“Menurut pendapat Ayah,apa yang patut Dhita banggakan dalam diri Dhita?”Ditha balik bertanya kepada sang Ayah.
“Prestasimu di bidang seni lukis dan sastra Ayah kira.”jawab Ayah.
“Apakah pendapat Ayah itu tidak hanya sekedar menyenangkan hati Ditha aja.”
“Sayang,Ayah tidah sedang menggombal karena argumentasi Ayah itu disertai bukti yang akurat anakku.Jangan menilai kecerdasan hanya dari akademis saja karena kamu memiliki kecerdasan yang lain nak.Ayah benar-benar bangga terhadap kamu,kembangkan dan gali terus potensi yang ada dalam dirimu.Be Your Self,Don’t Imitate Your Dad or Your Mom.”Jelas Ayah panjang lebar,Ditha agak tenang setelah mendapat pengakuan dari Ayahnya secara langsung.
“Terima Kasih Ayah.”Ucap Dhita dengan senyum simpul yang mengembang di bibirnya.
Maka mulai saat itu Ditha benar-benar yakin,dia telah menemukan kelebihan yang ada dalam dirinya.Selanjutnya Ia mencoba dengan sepenuh hati untuk mengasah bakat it uterus menerus dan ia akan melatihnya menjadi sesuatu yang terus besar dan berkembang seperti yang Ayah dan Ibunya harapkan.Namun,prestasi yang ia dapat tidak lantas membuatnya besar kepala dan congkak.Justru hal ini sebagai media pemacu semangatnya untuk bisa berinovasi dan menghasilkan sesuatu yang unik dan indah.
**********
Suatu hari saat berpetualang ke Jawa Tengah,di kabupaten Yogyakarta,Dhita menemukan sebuah sungai sungai besar yaitu sungai Brantas.Sungai itu membentang dari Propinsi Jawa Timur dan hingga Jawa Tengah.Dhita melihat sungai itu sangat bermanfaat bagi orang-orang.Mereka bisa mengambil ikan dari sungai,menggunakannya untuk mengairi lahan pertanian mereka,tidak jarang pula memanfaatkan sungai untuk mandi.Anak-anak kecil terlihat senang sekali berenang dan bermain dengan teman-teman mereka di pinggiran sungai.Menyaksikan semua kejadian itu,Dhita merenung sejenak.
Seandainya Dhita bisa seperti sungai itu mengalir dengan tenang menyusuri berbagai tempat dengan indahnya,bermanfaat bagi masyarakat dan bisa membuat banyak orang tersenyum dengan keberadaannya.Tentu dia pun akan sangat bahagia.Satu pelajaran dapat ia ambil dari alam sekitar saat itu.Dhita pun mencatatnya dalam buku Diarynya dan bertekad untuk menjadi seperti sungai itu.
Sedangkan,saat ia berada di Sumatera Selatan,di Kabupaten Tanjung Enim,Dhita menemukan air terjun kecil.Dibawah air terjun itu tampak batu cadas raksasa yang kukuh dan keras. Tetapi,setelah bertahun-tahun air terjun menimpa batu cadas yang keras dan tegar itu.Akhirnya,batu-batu itu berlubang.Air terjun yang kecil itu berhasil membuat lubang di batu cadas yang besar.satu lagi pelajaran yang ia temukan dari kejadian alamiah itu.
“Assalamu Alaikum,Apa yang kau cari dan temukan nak di air terjun kecil ini?seorang nenek bertanya kepada Dhita.
“Waaliakum Salam,Nenek siapa?”Dhita bertanya dalam keterpangannya.
“Namaku Sri,panggil saja Nenek Sri.Aku tinggal di dekat  air terjun ini.”jawab si nenek sambil menunjuk sebuah gubuk.”Kamu gadus yang pemberani,jarang sekali nenek menemukan seorang gadis berani menjelajah sampai kesini.Jadi apa sebenernya yang kau cari nak?”Tanya nenek Sri lebih lanjut.
“Saya mencari pengalaman nek dan pengalaman baru karena sebagai gadis yang tinggal di kota besar entah mengapa saya selalu merasa kekurangan dalam dua hal tersebut.”Jawab Dhita sejujurnya,
“Alkhamdullillah,semoga kamu menemukannya nak dan dari pertualangannmu ini semoga kau memahami arti surat-surat Qauniyah yang tersebar di seluruh bumi ini.Dan banyak-banyaklah bersyukur atas segala nikmat Tuhan yang diberikan kepadamu.”Sambung nenek.
“Insyaallah nek.”jawab Dhita penuh harap.
Ketika Nenek itu telah pergi meninggalkan Dhota sendiri lagi,sadarlah Dhita bahwa hari liburnya tinggal dua hari lagi.Maka segera dia berkemas untuk menuju Bandar udara Sultan Mahmud Badaruddin II Makassar.Tak terasa hari aktif sekolah akan segera dimulai.
*********
Melihat sosok Dhita disekolah,Revan dan Lucky buru-buru menghampiri sahabatnya itu dan spontan memeluknya.
“Kemana aja sih kamu Dhit,kita kangen bangaet sama kamu.”Ucap Lucky dengan wajah agak kesal.
“Cal down beib,aku ngak kemana-mana kok.”jawab Dhita sambil melihat rona bahagia kedua sahabatnya itu dan Dhita menemukan pandangan yang berbeda dari Revan.
“Kita seneng kamu dah balik lagi,laen kali bilang ya non kalau mau pergi.”Ucap Revan sambil mengusap kepala Dhita sambil tersenyum kecil.
“OK BOS,,,,,heheheheh.”jawab Dhita diiringi senyum penuh makna.
The Opportunity seldom comes twice , as a result lets use our time to do something useful for our life in the future.FIGHTING.
Saturday, 13th of August 2011 IshmakazeeWibowo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar