Ishmakazee
|
The beautiful Journey of Anindhita Radisty
|
Someday
in this Word ,We have to decide the best Way to make Our life better and To
make people in surrounding of us happy with our attendance.
|
8/11/2011
|
THE LIFE JOURNEY OF ANINDHITA
Oleh Ishmakazee
Gadis yang bertubuh semampai,berkulit kuning
langsat,berambut hitam legam dan supel dalam bergaul bernama Anindhita Radisty
itu tiba-tiba menghilang.Teman-temannya di kelas XI IPA 2 SMA Harapan Indah
Jakarta merasa kehilangan dia selama liburan panjang semester ini.Berbagai
pertanyaan pun mencuat di benak mereka.Kemana perginya gadis yang
sehari-harinya disapa Dhita itu.Mengapa dia pergi tanpa pamit?Bahkan kepada dua
sahabat karibnya sendiri Lucky dan Revan
pun tidak.
“Coba
telepon kerumahnya Van!”kata Lucky setelah tiba di rumah Revan.
“Hanya
Bik Nah dan suaminya Mang Ujang,yang ada Luck.”Ujar Revan panik.
“Terus
apa kata Bik Nah?”Lucky kembali bertanya.
“Katanya,Dhita
pamit kepada seisi rumah pada hari libur pertama kalau dia ingin
jalan-jalan.Bersamaan dengan kepergian Om Bagas dan Tante Anna kembali ke
Paris.Jadi kusimpulin kalau Dhita enggak mungkin ikut Ortunya,Luck”Jelas Revan.
“Kayaknya
emang ngak mungkin van,soalnya setahuku Dhita kan dari SD sampai SMP udah
tinggal di luar negeri.Bayangin dech selama Sembilan tahun Dhita tinggal di
beberapa kota di luar negeri dan otomatis berpindah-pindah dari
Amerika,Australia dan Eropa.Dia pernah bilang kalau sebenernya dia bosan dengan
hidup nomadennya itu,makanya dia niat banget buat menetap di Indonesia kita yang
hijau ini.Kalaupun ingin liburan sepertinya nagak mungkin kan ke Abroad”cerita
Lucky.
Seingat
Lucky juga,Dhita di sekolah juga aktif dalam kegiatan Pecinta Alam .Setiap
libur dia pasti menjelajah beberapa pulau.Baginya soal biaya tidak
masalah,karena orang tua Dhita selalu mencukupi kebutuhan anak mereka itu.
“Iya
juga,anak Om Bagas dan Tante Anne itu memang seorang petualang sejati,”kata
Revan setelah berfikir berjam-jam tentang dimana keberadaan Dhita.”Dia seorang
gadis yang unik,suka menyendiri kadang-kadang walaupun dia pandai bergaul,suka
menulis Diary,menulis puisi
memotret,membuat film dokumenter,dan selalu mencari tahu hal-hal baru yang
tidak ia ketahui.”tambah Revan.
“Sepertinya
kamu mengenal Dhita lebih dari aku Van,teman sebangkunya?”Tanya Lucky heran.
“Kita
kan bertiga temen,jadi harus tahu karakter masing-masing dunk.”jelas Revan agak
gugup,susah baginya untuk menceritakan apa yang ia rasakan pada Dhita.
“Ooooo....gitu.ya
udah,kalau kemarin kamu hanya telepon rumahnya bagaimana kalau kita kerumahnya
langsung sekedar buat mastiin aja ”sambung Lucky.
“Ya
aku setuju”.Sore harinya mereka menyambangi kediaman rumah Dhita di
Bilangan,Jakarta Pusat.
Sesampainya di rumah Dhita,
“Assalamu
Alaikum,Dhita.....Dhit,permisi,sepada....!!!1”teriak Lucky sedikit agak
keras,khawatir orang dirumah itu tidak mendengar suaranya yang merdu
heheheh....
“Kamu
manggil orang apa panggil maling Luck,lupa kalau disini ada bel.”tunjuk Revan
kearah Bel rumah dan memencetnya.
“Sorry,Van.Aku
terlalu bersemangat,kangen nich sama Dhita,”jelas Lucky sambil senyam-senyum.
Beberapa
menit kemudian ada suara lanhkah kaki dari dalam rumah dan sampai di depan
pintu akhirnya muncullah Bik Nahsetelah pintu terbuka.
“Assalamu
Alaikum Bik Maimunah yang cantik,apa kabar nich......ngomong-ngomong Ditha dah
pulang belum?”Tanya Revan cepat saat melihat sosok Bik Nak.
“Waalaikum
Salam den,,,ngak perlu bilang Bibik cantik,nanti Mang Ujang marah lagi kalau
denger dan Non Ditha belum pulang Den.”Kata Bik Nah sambil tersenyum.
“Kira-kira Ditha pulangnya kapan ya Bik?”Tambah Lucky.
“Waduh,Bibik
kurang tahu Non,maaf ya.”
“Kalau
nomor telepon dan alamat Tante Dhita yang katanya saudara perempuannya Om Bagas
itu Bibik punya nggak?”Tanya Revan lebih lanjut.
“Sebentar
ya Non,saya lihat dulu di dalam kayaknya ada catatanya di buku telepon.”Bik Nah
ke dalam rumah dan memberikan secarik kertas ke Revan.”Cuman itu yang bisa
Bibik bantu Den.
“Ngak
papa,ini juga kami maaf sudah merepotkan.Terima kasih Bik.”
“Iya
Den,Mas Repan yang baik hati..heheeee.Pasti Mas ini saying banget ma Non Dhita
kok keliatannya perhatian banget”kata Bik Nah
“Ah
,,,,Bibik bisa-bisa aja.Revan bik bukan Repan hehehehe...”Jawab Revan dengan
wajah kemerahan agak malu.Setelah pulang dari rumah Dhita,Revan dan Lucky
sepakat untuk kerumah Tante Dhita yang tinggal di daerah Bekasi itu besok.
*********
Sementara
di seberang sana Berbagai pemikiran Dhita pun menyeruak di kepalanya yang
mendasari menghilangnya dia dari rumah dan temen-temannya.
Anindhita atau yang biasa dipanggil
orang-orang terdekatnya Dhita adalah anak tunggal dari orang pintar atau boleh
dibilang sangat berpendidikan.Bagaimana tidak,kalau tidak pintar mana mungkin
kedua orang tuanya bisa duduk menjadi staff kedutaan asing.Tetapi, kenyataannya
selama ini Dhita di kelas tidak begitu menonjol dibandingkan teman-temannya.Setiap
menerima rapor maupun kenaikan kelas ,paling hebat dia hanya bisa meraih
rangking 5.Hal ini selalu menjadi pertanyaan baginya,Dhita merasa dia tidak
secerdas orang tuanya.Walaupun dia sadar tak sepenuhnya gen dari orang tua
menurun pada anaknya,dan tentang peribahasa Buah pasti jatuh tidak jauh dari
pohonnya dinilai nihil kebenarannya.Sebaliknya,tidak jarang Dia menemukan ada
anak-anak dari kalangan biasa atau orang desa yang orang tuanya biasa-biasa
saja bahkan sekolah SD pun tidak tamat tapi mereka berotak sangat cerdas.
Kepergiannya berpetualang ke berbagai daerah
atau kota selama liburan tidak lain adalah untuk bisa mempelajari dan
mengetahui segala sesuatu tentang hal yang berkaitan dalam kehidupan di dunis
ini.Terutama dia ingin menemukan apa sebenarnya yang terbaik untuk dirinya atau
masa depannya nanti.
Walaupun Dhita tidah menonjol di sekolah di
prestasi akademiknya,toh dia sebenarnya tidak merasa minder ataupun
canggung.Karena sebenarnya dia mempunyai potensi lebih di bidang non akademik
yaitu seni terutama seni rupa dan seni
sastra.Lukisan-lukisannya,puisi-puisinya,cerpen-cerpennya sudah sering kali
termuat dalam majalah sekolah,bahkan ada beberapa yang telah menghiasi
mjalah-majalah terkenal di sekolah.Lukisannya pernah tampil di Galeri Nasional
beberapa bulan yang lalu dan Dhita patut berbangga hati untuk itu.
Seandainya ada orang yang mengatakan bahwa
kecerdasannya biasa-biasa menenggok orang tuanya adalah orang yang benar-benar
cerdas,dia bisa menerima dengan ikhlas bahkan jika hal itu dianggap sutu
kekurangan.Dia pun paham,semua usaha telah ia lakukan untuk menggasah terus
kemampuannya.Berbagai les telah ia ikuti untuk menunjang nilai akademisnya di
sekolah namun itu semua tak cukup untuk bisa mengunnguli teman sekelasnya
seperti Fani,Tya,Rangga bahkan Revan sang ketua kelas yang notabenenya adalah
sahabatnya sendiri.
Lalu kadang terselip pertannyaan,apa yang
patut ia banggakan lagi dari dirinya di usinya yang tergolong masih remaja
sekarang???KECANTIKAN kah????Tidak!!
Dhita tidak merasa memiliki bentuk tubuh yang
ideal,ataupun mempunyai wajah yang cantik.Ia merasa fisiknya biasa-biasa saja
dengan tinngi 160 centimeter,kulit kuning langsat yang tidah bisa dibilang
putih,tubuhnya memang semampai tapi tidak terlalu keliatan ideal dengan cara ia
berjalan yang terkadang lebih terliat agak tomboy daripada feminim.Bila
dibandingkan Maudy atau Cathy yang menjadi ikon kecantikan dikelasnya yang
rajin bolak-balik ke salon tiga kali dalam seminggu,dia merasa tidak ada
apa-apanya.Walaupun sebenarnya dia tidak pernah menyesali hal itu.Tidak bisa
dipungkiri jabatan orang tuanyalah yang terkadang mengkatrol namanya di kelas
ataupun disekolah.
Suatu
hari saat Dhita sedang melamun di depan balkon kamarnya,Ayahnya menghampiri
sebelum berangkat bertugas ke Paris.
“Di
dalam hidup ini harus ada yang kamu banggakan Dhit.Nah,pertannyaan Ayah apa yang kamu banggakan di usiamu yang sudah
menginjak masa remaja seperti saat ini.”Tanya Ayah Ditha.
“Menurut
pendapat Ayah,apa yang patut Dhita banggakan dalam diri Dhita?”Ditha balik
bertanya kepada sang Ayah.
“Prestasimu
di bidang seni lukis dan sastra Ayah kira.”jawab Ayah.
“Apakah
pendapat Ayah itu tidak hanya sekedar menyenangkan hati Ditha aja.”
“Sayang,Ayah
tidah sedang menggombal karena argumentasi Ayah itu disertai bukti yang akurat
anakku.Jangan menilai kecerdasan hanya dari akademis saja karena kamu memiliki
kecerdasan yang lain nak.Ayah benar-benar bangga terhadap kamu,kembangkan dan
gali terus potensi yang ada dalam dirimu.Be Your Self,Don’t Imitate Your Dad or
Your Mom.”Jelas Ayah panjang lebar,Ditha agak tenang setelah mendapat pengakuan
dari Ayahnya secara langsung.
“Terima
Kasih Ayah.”Ucap Dhita dengan senyum simpul yang mengembang di bibirnya.
Maka
mulai saat itu Ditha benar-benar yakin,dia telah menemukan kelebihan yang ada
dalam dirinya.Selanjutnya Ia mencoba dengan sepenuh hati untuk mengasah bakat
it uterus menerus dan ia akan melatihnya menjadi sesuatu yang terus besar dan
berkembang seperti yang Ayah dan Ibunya harapkan.Namun,prestasi yang ia dapat
tidak lantas membuatnya besar kepala dan congkak.Justru hal ini sebagai media
pemacu semangatnya untuk bisa berinovasi dan menghasilkan sesuatu yang unik dan
indah.
**********
Suatu
hari saat berpetualang ke Jawa Tengah,di kabupaten Yogyakarta,Dhita menemukan
sebuah sungai sungai besar yaitu sungai Brantas.Sungai itu membentang dari
Propinsi Jawa Timur dan hingga Jawa Tengah.Dhita melihat sungai itu sangat
bermanfaat bagi orang-orang.Mereka bisa mengambil ikan dari
sungai,menggunakannya untuk mengairi lahan pertanian mereka,tidak jarang pula
memanfaatkan sungai untuk mandi.Anak-anak kecil terlihat senang sekali berenang
dan bermain dengan teman-teman mereka di pinggiran sungai.Menyaksikan semua
kejadian itu,Dhita merenung sejenak.
Seandainya
Dhita bisa seperti sungai itu mengalir dengan tenang menyusuri berbagai tempat
dengan indahnya,bermanfaat bagi masyarakat dan bisa membuat banyak orang tersenyum
dengan keberadaannya.Tentu dia pun akan sangat bahagia.Satu pelajaran dapat ia
ambil dari alam sekitar saat itu.Dhita pun mencatatnya dalam buku Diarynya dan
bertekad untuk menjadi seperti sungai itu.
Sedangkan,saat
ia berada di Sumatera Selatan,di Kabupaten Tanjung Enim,Dhita menemukan air
terjun kecil.Dibawah air terjun itu tampak batu cadas raksasa yang kukuh dan
keras. Tetapi,setelah bertahun-tahun air terjun menimpa batu cadas yang keras
dan tegar itu.Akhirnya,batu-batu itu berlubang.Air terjun yang kecil itu
berhasil membuat lubang di batu cadas yang besar.satu lagi pelajaran yang ia
temukan dari kejadian alamiah itu.
“Assalamu
Alaikum,Apa yang kau cari dan temukan nak di air terjun kecil ini?seorang nenek
bertanya kepada Dhita.
“Waaliakum
Salam,Nenek siapa?”Dhita bertanya dalam keterpangannya.
“Namaku
Sri,panggil saja Nenek Sri.Aku tinggal di dekat
air terjun ini.”jawab si nenek sambil menunjuk sebuah gubuk.”Kamu gadus
yang pemberani,jarang sekali nenek menemukan seorang gadis berani menjelajah sampai
kesini.Jadi apa sebenernya yang kau cari nak?”Tanya nenek Sri lebih lanjut.
“Saya
mencari pengalaman nek dan pengalaman baru karena sebagai gadis yang tinggal di
kota besar entah mengapa saya selalu merasa kekurangan dalam dua hal tersebut.”Jawab
Dhita sejujurnya,
“Alkhamdullillah,semoga
kamu menemukannya nak dan dari pertualangannmu ini semoga kau memahami arti
surat-surat Qauniyah yang tersebar di seluruh bumi ini.Dan banyak-banyaklah
bersyukur atas segala nikmat Tuhan yang diberikan kepadamu.”Sambung nenek.
“Insyaallah
nek.”jawab Dhita penuh harap.
Ketika
Nenek itu telah pergi meninggalkan Dhota sendiri lagi,sadarlah Dhita bahwa hari
liburnya tinggal dua hari lagi.Maka segera dia berkemas untuk menuju Bandar
udara Sultan Mahmud Badaruddin II Makassar.Tak terasa hari aktif sekolah akan
segera dimulai.
*********
Melihat
sosok Dhita disekolah,Revan dan Lucky buru-buru menghampiri sahabatnya itu dan
spontan memeluknya.
“Kemana
aja sih kamu Dhit,kita kangen bangaet sama kamu.”Ucap Lucky dengan wajah agak
kesal.
“Cal
down beib,aku ngak kemana-mana kok.”jawab Dhita sambil melihat rona bahagia kedua
sahabatnya itu dan Dhita menemukan pandangan yang berbeda dari Revan.
“Kita
seneng kamu dah balik lagi,laen kali bilang ya non kalau mau pergi.”Ucap Revan
sambil mengusap kepala Dhita sambil tersenyum kecil.
“OK
BOS,,,,,heheheheh.”jawab Dhita diiringi senyum penuh makna.
The
Opportunity seldom comes twice
, as a result lets use our
time to do something useful for our life in the future.FIGHTING.
Saturday,
13th of August 2011 IshmakazeeWibowo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar