Minggu, 29 Januari 2012

TENTANG SAHABAT





MAAF, Aku mencintaimu  Sahabat!? ( paRt 1)

Langit tak bertiang, Nampak begitu kokoh tak terbantahkan. Matahari pun mulai menyapa jutaan makhluk-Nya di dunia sambil tersenyum bahagia melalui sinarnya. Namun, dedaunan-dedaunan itu tampak berpendar pasi, letih lesu dan lelah menempel pada rating pohon, akan jatuh ke bumi walau masih terlihat enggan.
Untuk menghilangkan kepenatan yang kerap kutemuni di Surabaya seperti traffic jam, polusi dan sebagai gantinya menghirup udara pagi adalah agenda pertamaku pagi ini. Ku mulai dengan merentangkan tangan layaknya seekor burung merpati yang ingin mengepakkan sayap-sayap indahnya. Ah, tapi ku tak seberuntung merpati itu pikirku. Seandainya bisa ku bisa seperti merpati itu, alangkah bahagianya hidupku dapat melihat seluruh jagat raya dan isinnya yach benar mulai bersyukur atas segala ayat kauniyahNya dan segala karyaNya yang tiada tara. Fabbi ayyi aala Irabbikuuma tukaddiban...
Beberapa gerakan ku lakukan mulai dari starching atau pemanasan, gerakan inti sampai pendinginan. Hah,,,seperti senam anak SMP saja lucu. Tapi itulah yang berkelebat dalam benakku akhir-akhir ini. Aku Annisa Zahratus Shita, gadis semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang sudah tidak bisa disebut anak remaja lagi karena mungkin sudah maksud tahap Dewasa Awal menurut mata kuliah Psikologi Perkembangan yang ku dapat tiba-tiba merasa galau ( istilah yang lagi booming di kalangan anak muda saat ini) Astagfirrullah hal adhim,,,,,. Kegalauanku ternyata bersumber saat melihat akun facebook sahabat laki-lakiku Raditya Tama bersama pacarnya saat ini.
>>-------------------------<<
          Rasa apa ini ya Rabb,,,,
Sepercik kenangan mulai terkuak satu per satu hingga tersusun rapi rangkaian scenario yang sempurna. Adit, sahabatku mulai kelas 1 SMP itu tahu betul bagaimana  kami saling menyayangi satu sama lain tak ada rahasia di antara kami bahkan ummi ku pun sangat terkesan olehnya. Namun,,hatiku mulai tak tau letak dimana ada garis-garis pembatas rasa yang seharusnya aku patuhi diantara persahabatan kami, aku menerobos dan melewatinya. Cinta memang datang begitu saja, meskipun semua manusia tahu betul jika tidak beruntung ini akan menorehkan luka hingga ke dasar jiwa. Aku mengenalnya karena kepolosan dan kebaikannya, aku mulai mencintainya karena segala ketulusannya, sedangkan aku mulai meninggalkannya karena aku benar-benar mencintainya. Bila sekarang ada seseorang yang menanyakan siapa yang paling aku cintai dalam kehidupan ku saat itu, aku akan tegas menjawab Tuhanku Allah SWT, jika seseorang itu masih bertanya maka akan aku jawab orangtuaku yach abi dan ummiku , namun bila pertanyaan itu tak berhenti di sini, maka dengan yakin akan ku jawab “ Adit”. Sahabat yang amat kucintai walaupun ku tahu aku salah.
“Pilihlah pendamping yang benar-benar kamu anggap baik kelak, jangan hanya melihat sekilas kemudian kau memutuskan untuk bersamanya. Aku akan bersamamu saat indah itu”. Itulah kata-kata Adit saat kami sedang duduk-duduk di taman sekolah dulu ketika membicarakan jodoh kami kelak. Walaupun terkesan konyol itulah percakapan anak usia 15 tahun yang mungkin dinilai tidak lazim dilakukan.
Dalam hati aku ingin mengatakan aku memilihmu, walaupun aku tahu mustahil bagi kami untuk memiliki hubungan lebih dari persahabatan. Bagiku dia sahabat laki-laki terbaikku, selalu ada di saat aku bahagia maupun ketika aku terpuruk dalam duka. Aku tak peduli apa anggapan orang tentang persahabatan kami yang jelas, aku akan nada dan terus bersamanya karena dengan itu aku tenang,usahanya untuk melindungiku ketka di dekatnya begitu membuatku nyaman. Memang terkesan berlebih, tapi sungguh inilah aku saat itu.
>>-----------------------<<
          3 tahun di bangku SMP aku bersahabat dengan Adit, namun sayang kami terpisah saat melanjutkan ke bangku SMA. Aku masuk Aliyah dan dia memilih di sekolah umum. Kami miscommunication di semester pertama, namun akhirnya kami mulai bersama lagi walaupun intensitas kebersamaan itu tidak sesering sebelumnya.
“Aku naik Black, kamu keluar rumah yaach?”inilah sms Adit saat kami akan berangkat kesekolah. Black adalah sebutan kami untuk angkutan umum yang biasa kami tumpangi saat berangkat kesolah. Alhasil, kami berangkat bersama. Di dalam angkot kami kerap kali bercanda dan tersenyum terbahak-bahak ketika ada perkataan yang dianggap lucu. Rasaku tidak hilang bahkan semakin tumbuh dengan suburnya, bahkan ketika tidak naik angkot, Adit menjemputku dengan sepeda motornya. Seperti yang aku katakan sebelumnya di benar-benar melindungiku.
          Adit memang bukan anak laki-laki biasa, di bangku SMA tak sedikit yang meliriknya. Apalagi ketika dia bergabung di Tim basket sekolah, namanya mulai terkatrol perlahan-lahan. Setiap kali kami bertemu, Adit selalu menceritakan tentang gadis-gadis itu. Dalam hati ada rasa perih ketika mendengar semua cerita-cerita itu, aku iri pada mereka yang bisa meng-expresikan perasaan mereka pada Adit, sedangkan aku yang hampir 5 tahun di dekatnya TIDAK BISA.
“ Sit,,,sita kok nglamun malahan?!” ucap Adit tiba-tiba saat mengetahui aku hanya melamun mendengar ceritanya.
“ Aa....aa ...aku Cuma berfikir bagaimana gadis-gadis bodoh itu bisa naksir cowok angkuh, aneh dan ngak jelas kayak kamu.” Kataku ketuk sambil melirik Adit.
“ Ah,,,gadis ini benar-benar tidak normal, apa kamu ngak liat kalau sahabat cowokmu yang satu ini memang menyimpan sejuta pesona, Ketika aku selesai bertanding saja waktu di luar kota banyak yang mintak tanda tangan.” Adit membela dirinya sendiri dengan keras sambil mengusap-ngusap kepalaku.
>>-----------------------<<
Kegundahanku semakin memuncak ketika sahabat kecilku samping rumah yang satu sekolah dengan Adit mengatakan memang benar semua cerita Adit itu. Kenapa aku harus gelisah toh nantinya, cepat atau terlambat dia akan menemukan gadis yang cocok dengannya dan mau atau tidak aku akan merelakannya karena aku mencintainya Karena aku ingin melihat Adit bahagia.
Dugaanku benar, tak berselang lama Adit meminta izin padaku dan meminta saranku tentang salah satu gadis sekolahnya notabenenya yang lebih dulu mendekatinya. Aku hanya menganggukkan kepala tanpa banyak komentar dalam hati aku menangis namun dari luar aku tersenyum bahagia melihat senyum indah penuh semangat terpancar dari wajah Adit. Sekali lagi hatiku berbisik,,,,sahabatku aku mencintaimu.
          Perlahan tapi pasti aku menjauh dari Adit, Akupun mulai sadar bahwa tak seharusnya persahabatan kami ternodai dengan emosi sesaatku ini. Semua ada waktunya, mungkin Tuhan menakdirkan hal yang lebih indah disana untukku, tentu Tuhan pun telah menyediakan jodoh yang tepat untukku.
          Pulang sekolah rasanya berat sekali untuk melangkah,,maklum udara cukup panas siang itu ditambah lagi setelah mendapat guyuran rumus-rumus matematika membuatku terasa berjalan terhuyung-huyung. Ketika sampai di gerbang sekolah aku menyempatkan membeli minuman untuk menyegarkan badan,,,tiba-tiba sosok paling berwarna dalam hidupku datang di depan sekolahku. Benar, Adit ada di depan mataku, dia  bersama-sma temannya. Begitu beberapa temannya masuk, dia menghampiriku.
“ Apa kabar?!” terasa aneh sapaan itu dan kaku, mungkin karena kami tidak bertemu untuk waktu yang cukup lama.
“ Apa sich dit,,,kamu ngak liat kalau aku baik-baik saja”,celotehku mencoba mencairkan suasana.” Kenapa kesini?”tanyaku lebih lanjut.
“Aku dan teman-teman nganterin undangan pertandingan basket persahabatan buat sekolah kamu.”terang Adit.
“Wah harus masang kuda-kuda nich xixixixi....”aku terus bercanda. Sebelum Adit mengatakan sesuatu yang tidak aku harapkan.
“Maafkan aku Sit,,,beberapa hari ini kita jarang ketemu bahkan untuk sms pun tidak. Dia melarangku menghubungimu, bisa dikatakan kalau dia kurang suka dengan kedekatan kita. Aku sudah jelaskan kalau kita telah berteman lama , tapi sepertinya penjelasanku itu semakin menguatkan argumenya. Maafkan aku Sit,,,,jujur aku benar-benar menyayangimu sebagai sahabatku.” Semua itu keluar dari pengakuan Adit, untuk menenangkanku dia mengengam tanganku.
Otomatis,,serpihan luka mulai tergurat dalam hatiku. Air mataku jatuh perlahan, melihat itu semua Adit semakin mengengam tanganku.  Gadis itu benar-benar mencintai Adit, batinku. Tapi aku mencintainya,,,
>>-------------------<<
“Apa yang kamu mau sekarang??”tukasku
“ Aku tak ingin kehilangan kamu sit,,tapi aku juga tak mungkin kehilangan dia, aku menyayangi kalian berdua. Dia memintaku untuk memilih antara kamu atau dia.Aku dalam posisi yang serba salah shita,,aku bingung.”
“ Menjauhlah dariku!” Pintaku tegas pada Adit. Sulit bagiku untuk mengatakan itu, lidah ini terasa kelu dan tidak akan pernah ingin mengtakannya lagi. Aku mencintaimu Dit, ku tahu kau takkan mendapatkannya denganku tapi dengan dia pasti.
          Yang membuatku sedikit lega ternyata keputusanku itu mungkin memang tepat, fotonya yang sekarang terpampang di situs jejaringan sosial itu adalah Adit dan gadis yang melarang aku untuk bertemannya dulu.  Ada ungkapan “ jadilah lilin yang bisa menerangi sekeliling meskipun diri sendiri hancur lebur berkeping.” Sekilas ungkapan ini terkesan bodoh dan tolol bagaimana tidak membiarkan oran lain bahagia sedangkan kita hancur dalam keterpurukan.
          Namun, luka itu sedikit demi sedikit terobati karena aku mulai menyadari bahwa cintaku pada Adit tidak mengajarkan aku menjadi lemah, namun aku mulai bangkit karena teringat persahabatannku pada Adit bukan atas perasaan pribadiku sendiri. Karenaku pun tahu Cinta ini tidak menghinakan pemiliknya, tetapi menghembuskan sejuta ketegaran, dan aku amat berterima kasih padaNya karena menganugerahkan cinta yang melemahkan semangat tapi membangkitkan semangat.
Although, in the future you will know that Friendship can survive without love.
     
Love cannot live without friendship.
Dan cinta abadiku kini adalah Allah Azza wa jalla,,,,,,

Surabaya, 29th of January 2012
Love is a beautiful smile to which nothing compares:
    A  tender laugh, which opens your heart,
     A  single touch that melts away your fears,
     A smell that reminds you of the tenderness of heaven,
     A voice that reminds you of the innocence of youth.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar