MAAF, Aku mencintaimu Sahabat!? ( paRt 1)
Langit
tak bertiang, Nampak begitu kokoh tak terbantahkan. Matahari pun mulai menyapa
jutaan makhluk-Nya di dunia sambil tersenyum bahagia melalui sinarnya. Namun,
dedaunan-dedaunan itu tampak berpendar pasi, letih lesu dan lelah menempel pada
rating pohon, akan jatuh ke bumi walau masih terlihat enggan.
Untuk
menghilangkan kepenatan yang kerap kutemuni di Surabaya seperti traffic jam, polusi dan sebagai gantinya
menghirup udara pagi adalah agenda pertamaku pagi ini. Ku mulai dengan
merentangkan tangan layaknya seekor burung merpati yang ingin mengepakkan
sayap-sayap indahnya. Ah, tapi ku tak
seberuntung merpati itu pikirku. Seandainya bisa ku bisa seperti merpati itu,
alangkah bahagianya hidupku dapat melihat seluruh jagat raya dan isinnya yach benar mulai bersyukur atas segala
ayat kauniyahNya dan segala karyaNya yang tiada tara. Fabbi ayyi aala Irabbikuuma tukaddiban...
Beberapa
gerakan ku lakukan mulai dari starching atau pemanasan, gerakan inti sampai
pendinginan. Hah,,,seperti senam anak SMP saja lucu. Tapi itulah yang
berkelebat dalam benakku akhir-akhir ini. Aku Annisa Zahratus Shita, gadis
semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Surabaya jurusan Pendidikan Bahasa
Inggris yang sudah tidak bisa disebut anak remaja lagi karena mungkin sudah
maksud tahap Dewasa Awal menurut mata kuliah Psikologi Perkembangan yang ku
dapat tiba-tiba merasa galau ( istilah yang lagi booming di kalangan anak muda
saat ini) Astagfirrullah hal adhim,,,,,.
Kegalauanku ternyata bersumber saat melihat akun facebook sahabat laki-lakiku Raditya
Tama bersama pacarnya saat ini.
>>-------------------------<<
Rasa apa ini ya Rabb,,,,
Sepercik kenangan
mulai terkuak satu per satu hingga tersusun rapi rangkaian scenario yang
sempurna. Adit, sahabatku mulai kelas 1 SMP itu tahu betul bagaimana kami saling menyayangi satu sama lain tak ada
rahasia di antara kami bahkan ummi ku
pun sangat terkesan olehnya. Namun,,hatiku mulai tak tau letak dimana ada
garis-garis pembatas rasa yang seharusnya aku patuhi diantara persahabatan
kami, aku menerobos dan melewatinya. Cinta memang datang begitu saja, meskipun
semua manusia tahu betul jika tidak beruntung ini akan menorehkan luka hingga
ke dasar jiwa. Aku mengenalnya karena kepolosan dan kebaikannya, aku mulai
mencintainya karena segala ketulusannya, sedangkan aku mulai meninggalkannya
karena aku benar-benar mencintainya. Bila sekarang
ada seseorang yang menanyakan siapa yang paling aku cintai dalam kehidupan ku
saat itu, aku akan tegas menjawab Tuhanku Allah SWT, jika seseorang itu masih
bertanya maka akan aku jawab orangtuaku yach
abi dan ummiku , namun bila pertanyaan itu tak berhenti di sini, maka dengan
yakin akan ku jawab “ Adit”. Sahabat yang amat kucintai walaupun ku tahu aku
salah.
“Pilihlah pendamping yang benar-benar kamu anggap baik kelak,
jangan hanya melihat sekilas kemudian kau memutuskan untuk bersamanya. Aku akan
bersamamu saat indah itu”. Itulah kata-kata Adit saat kami sedang duduk-duduk
di taman sekolah dulu ketika membicarakan jodoh kami kelak. Walaupun terkesan
konyol itulah percakapan anak usia 15 tahun yang mungkin dinilai tidak lazim
dilakukan.
Dalam hati aku ingin
mengatakan aku memilihmu, walaupun aku tahu mustahil bagi kami untuk memiliki
hubungan lebih dari persahabatan. Bagiku dia sahabat laki-laki terbaikku,
selalu ada di saat aku bahagia maupun ketika aku terpuruk dalam duka. Aku tak
peduli apa anggapan orang tentang persahabatan kami yang jelas, aku akan nada
dan terus bersamanya karena dengan itu aku tenang,usahanya untuk melindungiku
ketka di dekatnya begitu membuatku nyaman. Memang terkesan berlebih, tapi
sungguh inilah aku saat itu.
>>-----------------------<<
3 tahun di bangku SMP aku bersahabat
dengan Adit, namun sayang kami terpisah saat melanjutkan ke bangku SMA. Aku masuk
Aliyah dan dia memilih di sekolah umum. Kami miscommunication di semester pertama, namun akhirnya kami mulai
bersama lagi walaupun intensitas kebersamaan itu tidak sesering sebelumnya.
“Aku naik Black, kamu keluar rumah yaach?”inilah
sms Adit saat kami akan berangkat kesekolah. Black adalah sebutan kami untuk
angkutan umum yang biasa kami tumpangi saat berangkat kesolah. Alhasil, kami
berangkat bersama. Di dalam angkot kami kerap kali bercanda dan tersenyum
terbahak-bahak ketika ada perkataan yang dianggap lucu. Rasaku tidak hilang
bahkan semakin tumbuh dengan suburnya, bahkan ketika tidak naik angkot, Adit
menjemputku dengan sepeda motornya. Seperti yang aku katakan sebelumnya di
benar-benar melindungiku.
Adit memang bukan anak laki-laki
biasa, di bangku SMA tak sedikit yang meliriknya. Apalagi ketika dia bergabung
di Tim basket sekolah, namanya mulai terkatrol perlahan-lahan. Setiap kali kami
bertemu, Adit selalu menceritakan tentang gadis-gadis itu. Dalam hati ada rasa
perih ketika mendengar semua cerita-cerita itu, aku iri pada mereka yang bisa
meng-expresikan perasaan mereka pada Adit, sedangkan aku yang hampir 5 tahun di
dekatnya TIDAK BISA.
“ Sit,,,sita kok
nglamun malahan?!” ucap Adit tiba-tiba saat mengetahui aku hanya melamun
mendengar ceritanya.
“ Aa....aa ...aku Cuma
berfikir bagaimana gadis-gadis bodoh itu bisa naksir cowok angkuh, aneh dan
ngak jelas kayak kamu.” Kataku ketuk sambil melirik Adit.
“ Ah,,,gadis ini
benar-benar tidak normal, apa kamu ngak liat kalau sahabat cowokmu yang satu
ini memang menyimpan sejuta pesona, Ketika aku selesai bertanding saja waktu di
luar kota banyak yang mintak tanda tangan.” Adit membela dirinya sendiri dengan
keras sambil mengusap-ngusap kepalaku.
>>-----------------------<<
Kegundahanku semakin
memuncak ketika sahabat kecilku samping rumah yang satu sekolah dengan Adit
mengatakan memang benar semua cerita Adit itu. Kenapa aku harus gelisah toh
nantinya, cepat atau terlambat dia akan menemukan gadis yang cocok dengannya
dan mau atau tidak aku akan merelakannya karena aku mencintainya Karena aku
ingin melihat Adit bahagia.
Dugaanku benar, tak
berselang lama Adit meminta izin padaku dan meminta saranku tentang salah satu
gadis sekolahnya notabenenya yang lebih dulu mendekatinya. Aku hanya
menganggukkan kepala tanpa banyak komentar dalam hati aku menangis namun dari
luar aku tersenyum bahagia melihat senyum indah penuh semangat terpancar dari
wajah Adit. Sekali lagi hatiku berbisik,,,,sahabatku aku mencintaimu.
Perlahan tapi pasti aku menjauh dari
Adit, Akupun mulai sadar bahwa tak seharusnya persahabatan kami ternodai dengan
emosi sesaatku ini. Semua ada waktunya, mungkin Tuhan menakdirkan hal yang
lebih indah disana untukku, tentu Tuhan pun telah menyediakan jodoh yang tepat
untukku.
Pulang sekolah rasanya berat sekali
untuk melangkah,,maklum udara cukup panas siang itu ditambah lagi setelah
mendapat guyuran rumus-rumus matematika membuatku terasa berjalan
terhuyung-huyung. Ketika sampai di gerbang sekolah aku menyempatkan membeli
minuman untuk menyegarkan badan,,,tiba-tiba sosok paling berwarna dalam hidupku
datang di depan sekolahku. Benar, Adit ada di depan mataku, dia bersama-sma temannya. Begitu beberapa
temannya masuk, dia menghampiriku.
“
Apa kabar?!” terasa aneh sapaan itu dan kaku, mungkin karena kami tidak bertemu
untuk waktu yang cukup lama.
“
Apa sich dit,,,kamu ngak liat kalau aku baik-baik saja”,celotehku mencoba
mencairkan suasana.” Kenapa kesini?”tanyaku lebih lanjut.
“Aku
dan teman-teman nganterin undangan pertandingan basket persahabatan buat
sekolah kamu.”terang Adit.
“Wah
harus masang kuda-kuda nich xixixixi....”aku terus bercanda. Sebelum Adit
mengatakan sesuatu yang tidak aku harapkan.
“Maafkan
aku Sit,,,beberapa hari ini kita jarang ketemu bahkan untuk sms pun tidak. Dia
melarangku menghubungimu, bisa dikatakan kalau dia kurang suka dengan kedekatan
kita. Aku sudah jelaskan kalau kita telah berteman lama , tapi sepertinya
penjelasanku itu semakin menguatkan argumenya. Maafkan aku Sit,,,,jujur aku
benar-benar menyayangimu sebagai sahabatku.” Semua itu keluar dari pengakuan
Adit, untuk menenangkanku dia mengengam tanganku.
Otomatis,,serpihan
luka mulai tergurat dalam hatiku. Air mataku jatuh perlahan, melihat itu semua
Adit semakin mengengam tanganku. Gadis
itu benar-benar mencintai Adit, batinku. Tapi aku mencintainya,,,
>>-------------------<<
“Apa
yang kamu mau sekarang??”tukasku
“
Aku tak ingin kehilangan kamu sit,,tapi aku juga tak mungkin kehilangan dia,
aku menyayangi kalian berdua. Dia memintaku untuk memilih antara kamu atau dia.Aku
dalam posisi yang serba salah shita,,aku bingung.”
“
Menjauhlah dariku!” Pintaku tegas pada Adit. Sulit bagiku untuk mengatakan itu,
lidah ini terasa kelu dan tidak akan pernah ingin mengtakannya lagi. Aku
mencintaimu Dit, ku tahu kau takkan mendapatkannya denganku tapi dengan dia
pasti.
Yang membuatku sedikit lega ternyata
keputusanku itu mungkin memang tepat, fotonya yang sekarang terpampang di situs
jejaringan sosial itu adalah Adit dan gadis yang melarang aku untuk bertemannya
dulu. Ada ungkapan “ jadilah lilin yang
bisa menerangi sekeliling meskipun diri sendiri hancur lebur berkeping.”
Sekilas ungkapan ini terkesan bodoh dan tolol bagaimana tidak membiarkan oran
lain bahagia sedangkan kita hancur dalam keterpurukan.
Namun, luka itu sedikit demi sedikit
terobati karena aku mulai menyadari bahwa cintaku pada Adit tidak mengajarkan
aku menjadi lemah, namun aku mulai bangkit karena teringat persahabatannku pada
Adit bukan atas perasaan pribadiku sendiri. Karenaku pun tahu Cinta ini tidak
menghinakan pemiliknya, tetapi menghembuskan sejuta ketegaran, dan aku amat
berterima kasih padaNya karena menganugerahkan cinta yang melemahkan semangat
tapi membangkitkan semangat.
Although, in the future
you will know that Friendship can survive without love.Love cannot live without friendship.
Dan cinta abadiku kini adalah Allah Azza wa jalla,,,,,,
Surabaya,
29th of January 2012
Love is a beautiful smile to which
nothing compares:
A tender laugh, which opens your heart,
A single touch that melts away your fears,
A smell that reminds you of the tenderness of heaven,
A voice that reminds you of the innocence of youth.
A tender laugh, which opens your heart,
A single touch that melts away your fears,
A smell that reminds you of the tenderness of heaven,
A voice that reminds you of the innocence of youth.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar